20 Tahun Semanggi I

April 26, 2019
adminviaduct

Jakarta, Viaductpress.id “Terjadi atau tidaknya suatu pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) berat ditentukan oleh hasil penyelidikan KOMNAS HAM dan penyidikan Kejaksaan Agung, bukan atas dugaan politik DPR! Namun, Kasus Semanggi II dan Trisakti berbenturan dengan asas nebis in idem (larangan menuntut seseorang atas kasus yang sama lebih dari satu kali) karena kasus Semanggi II diadili di Pengadilan Militer satu kali dan Trisakti dua kali. Kasus Semanggi I belum tersentuh Pengadilan apapun. Meskipun begitu, yang kita harapkan adalah Pengadilan HAM Ad Hoc!” tegas bu Sumarsih saat berorasi di seberang Istana Negara. Bu Sumarsih juga sempat mendapat panggilan ke Istana Negara oleh Presiden Jokowi 31 Mei lalu. Saat itu, Jokowi menyatakan sedang menyiapkan Surat Pengakuan Negara yang mengakui telah terjadi Pelanggaran HAM berat dan Kejaksaan Agung takut menaikkan ke tingkat penyidikan. Saat itu pula, bu Sumarsih menyerahkan berkas kasus Semanggi I dan II dari Tim Relawan Kemanusiaan yang menyebutkan bahwa Wiranto yang saat itu menjabat sebagai Panglima ABRI telah terlibat. Ibu yang akrab dipanggil bu Sum ini juga menyayangkan pengangkatan Wiranto sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan.

Seusai aksi, Viaduct sempat mewawancarai beberapa massa aksi. “Gue kecewa sama Presiden Jokowi yang ngga nepatin janjinya.” Ujar Anthony Julian, mahasiswa FH angkatan 2018 yang ditanyakan pendapatnya mengenai Presiden Jokowi yang berkampanye akan menyelesaikan kasus HAM tapi belum selesai juga hingga saat ini. Menurutnya, untuk menggerus apatisme mahasiswa dan masyarakat mengenai kasus HAM masa lalu adalah dengan ikut melakukan aksi dan mengajak teman-temannya bersama (teaching by doing). Kezia Siwalette dari FH 2018 juga menyebutkan kekecewaannya terhadap Presiden Jokowi terkait kasus HAM yang jadi janji andalannya saat Pipres 2014 lalu. “Kita pilih Jokowi karena udah janjiin apa yang kita mau. Harusnya dia sadar dengan apa yang kita aspirasikan lewat aksi-aksi di depan Istana Negara. Apa dia cuma janji-janji doang, sedangkan masa jabatannya mau selesai. Gue harap sebagai Presiden, dia bisa mewujudkan aspirasi mahasiswa yang meminta kasus ini diselesaikan.” Menurut Kezia, cara mengajak orang yang apatis akan kasus HAM adalah dengan mem-posting konten yang berkaitan dengan kasus-kasus HAM di media sosial agar membuat orang lain semakin ingat dengan kasus-kasus tersbut. Kezia menyayangkan aksi kali ini kurang ramai.

Beberapa massa aksi berdiri memegang foto Alm. Wawan (Korban Tragedi Semanggi I) dan karangan bunga tanda berduka. (Sumber: Dok. Pribadi).

Antonius Bagas, mahasiswa FH angkatan 2016 yang menjadi koordinator lapangan aksi 20 tahun Tragedi Semanggi I ini juga mengecewakan sikap Jokowi. “Kami berteriak Jokowi pembohong di seberang Istana Negara karena empat tahun yang lalu ia menjanjikan penyelesaian kasus-kasus HAM tapi kenyataannya hingga sekarang belum selesai. Jadi, kami berharap Jokowi bisa cepat menyelesaikan.” Bagas mengatakan bahwa selain aksi dan pagelaran seni, kepanitiaan bersama yang terbentuk dari mahasiswa berbagai fakultas juga mengadakan pameran foto dan diskusi publik untuk memperingati Tragedi Semanggi I ini. “Harapan gue, semoga siapapun pemimpin kita ke depannya, kasus ini bisa selesai dan kita ngga perlu turun ke jalan lagi atau teriak-teriak.” Ujar Bagas.

Salah satu massa aksi sedang berorasi. (Sumber: Dok. Pribadi)
Massa aksi sempat melepas almamater dan menunjukkan kaus bertuliskan hasthtag ‘#SayaWawan’. (Sumber: Dok. Pribadi)
Orasi dari bu Sumarsih, ibunda Alm. Wawan. (Sumber: Dok. Pribadi)
Orasi perwakilan massa aksi dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara. (Sumber: Dok. Pribadi)
Aksi teatrikal dari mahasiswa Atma Jaya dan STF Driyarkara. (Sumber: Dok. Pribadi)
Foto bersama seusai aksi. (Sumber: Dok. Pribadi)

[Penulis : Vazza Muyassir]

1 comment

Muhammad Ridho
Reply

Sungguh tulisan yang bagus, insightful, dan menambah wawasan

June 9, 2019

Leave a comment