Aksi hari buruh bergelora di sekitar Monas (Rabu, 1/5/2019). Berdiri dengan pede bersama jeep Land Rover di depan sebuah gedung sesekali membagikan makanan untuk mereka yang lewat menjadi aktivitas pilihannya ketimbang mengikuti massa aksi lainnya yang duduk di tengah jalan atau berjalan keliling menyuarakan eksistensi dan tuntutan mereka. Indonesia yang lagi demam Pemilu tak membuatnya tertarik menjadi Caleg, karena panggilan jiwanya yang utama adalah menebar kedamaian.
Viaductpress.id – Wanita kelahiran 22 September 1958 ini memiliki misi yang mulia untuk menjaga perdamaian seperti ayahnya (Rinto Paeran) yang pernah menjadi Veteran pejuang Republik Indonesia. Wanita ini, ingin mewujudkan perdamaian Indonesia dan dunia tanpa perang dan kekerasan. “Ayah saya kan udah ngebebasin negara ini. Jangan sampai negara ini dihancurkan lagi. Saya menjalankan tugas ini Lillahi ta’ala (Karena Allah semata).” ujarnya. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, sebagaimana telah menjadi poin yang tercantum dalam alinea keempat preambul Undang-Undang Dasar 1945 menjadi dasar mengapa wanita bernama lengkap Rr Herawaty Rinto Paeran ini mengabdi sebagai Presiden Perdamaian Indonesia dan Dunia, sebutan untuk pemimpin Forum Perdamaian Indonesia.
Memiliki perusahaan milik keluarganya sendiri, Herawaty menjabat sebagai Direktur Utama. Herawaty menunjukkan betapa dia selalu mengayomi tenaga kerjanya. Contohnya pekerja yang sedang sakit diizinkan untuk beristirahat. Tenaga kerjanya juga dipastikan memahami pekerjaannya baru bisa diterima bekerja. Bahkan terkadang, diakui bahwa tenaga kerjanya lebih memahami bidang kerjanya dibanding dirinya sendiri yang punya latar belakang insinyur sipil.
Aktivitas di perusahaan keluarganya sudah diminimalisir karena pengabdiannya lebih total ke arah menegakkan perdamaian, sehingga perusahaan dijalankan oleh keluarganya. Sebagai seorang Presiden Perdamaian Indonesia dan Dunia (sebutan untuk pemimpin Forum Indonesia Damai), baginya menegakkan kedamaian bukanlah dengan kekerasan. “Orang yang jahat jangan dipukul, dibakar, dikemplangin atau dibonyokin. Entar jadi dendam turunan di kalangan anak dan keturunannya. Lebih baik dinasehatin dan dilurusin supaya dia sadar.” ujarnya keturunan generasi ketujuh dari Kerajaan Majapahit yang memiliki Persatuan Persahabatan Raja dan Ratu Nusantara ini.
Kepeduliannya terhadap masalah tenaga kerja pernah ia lakukan salah satunya dengan menolong petugas kebersihan Car Free Day yang gajinya tidak dibayar selama 3 bulan. Ini terjadi di era Gubernur Ahok. “Akhirnya kami bantu dengan menghubungi asisten pak Ahok. Dua minggu kemudian saya dihubungi dan gajinya sudah dibayar.” Ketika ditanya minatnya menjadi caleg, Herawaty tidak mau karena lebih ingin memfokuskan karirnya sebagai Presiden Perdamaian Indonesia dan Dunia. “Tahun 2004 saya diajak Partai Persatuan Pembangunan (PPP) untuk jadi caleg dan saya tidak mau. Karena this is my way!” katanya.
“Semoga aksi buruh (Mayday) hari ini berjalan aman-aman aja. Tapi seharusnya pintu Istana Presiden bisa dibuka. Kan kasihan kalau mereka jalan muter-muter di sekitar sini (jalan raya sekitar Monas) aja. Karena mereka kan mengekspresikan hari ulang tahun buruh. Semoga buruh-buruh Indonesia juga semakin diperhatikan, karena rakyat sejahtera adalah tugas pemerintah. Peraturan kan ada untuk dilaksanakan sehingga rakyat sejahtera.” kata Herawaty saat ditanya harapannya untuk aksi buruh 2019.
[Penulis: Vazza Muyassir]